Kalo dilihat dari istilah, EPC itu tidak lain adalah tahapan dalam suatu proyek konstruksi. Engineering adalah tahap desain perencanaan, Procurement adalah tahap pengadaan barang dan jasa, dan Construction adalah tahap pelaksanaan konstruksi.
Ada yang menarik di sini, yaitu tahap Procurement jarang ditemukan di dalam proyek biasa. Kalo proyek biasa, kita hanya mengenal tahap Perencanaan (Desain) dan tahap Pelaksanaan (Konstruksi). Lalu? Kenapa harus ada tahap Procurement? Jawabannya sederhana, karena proyeknya bukan proyek biasa.
Yup. Sistem EPC memang dipake di hampir sebagian besar proyek konstruksi yang “tidak biasa”, misalnya pada Industri Migas, Pembangkit Tenaga Listrik & Energi, Pertambangan, dan jenis industri berat lainnya. Sementara proyek yang kita anggap sebagai proyek biasa yaitu berbagai jenis bangunan gedung dan industri skala kecil ngga perlu menggunakan sistem EPC, malah bisa bikin susah.
Tahapan Proyek Biasa
Pada umumnya, proyek konstruksi gedung mempunyai 2 tahapan: Perencanaan dan Pelaksanaan. Perencanaan biasanya dilakukan oleh Konsultan Perencana, dan Pelaksanan dilakukan oleh Kontraktor. Karena pelaksanaannya dilakukan oleh Kontraktor, maka pengadaan barangnya (Procurement) juga dilakukan oleh Kontraktor. Kalo diperlukan, Kontraktor kadang menyerahkan beberapa sub pekerjaan kepada Sub-Contractor (biasanya kita istilahkan SubCon). Makanya hampir semua perusahaan Kontraktor ada bagian Procurementnya.
Tapi, ada juga pada skala proyek tertentu (biasanya skala menengah ke bawah), Perencanaan dan Pelaksanaan dilakukan oleh satu pihak (biasanya Kontraktor). Sistem ini biasanya disebut dengan Design and Build. Jadi desain, pengadaan barang/jasa, dan konstruksi dilakukan oleh satu Kontraktor. Secara ngga langsung konsep ini kan sama saja dengan sistem EPC
Tahapan Proyek EPC
Nah… kita udah kalo sebenarnya EPC itu pada prinsipnya sama dengan Design & Build. Tapi karena skala proyek EPC itu suaangat besar, jadi perusahaan yang mengerjakannya juga bukan perusahaan kontraktor biasa. Mereka biasanya disebut dengan Kontraktor EPC atau Perusahaan EPC. Satu lagi ciri khusus Proyek EPC adalah, proyek ini melibatkan lebih banyak disiplin Engineering, mulai dari Process Engineering, Mechanical Engineering, Piping Engineering, Electrical & Instrumentation Engineering, Civil Engineering, dll. Kadang di tiap disiplin dipecah lagi, misalnya di bagian Civil Engineering dibagi menjadi Architecture, Civil, Structure, Underground, HVAC, dll.Ada yang aneh? Arsitektur masuk ke Civil? Iya… karena di Proyek EPC, yang termasuk kategori “bangunan gedung” itu prosinya sangat sedikit. Kalaupun ada, porsi arsitekturalnya juga kecil. Trus, ada istilah Civil ada juga istilah Structure? Istilah Structure itu untuk semua struktur atas, termasuk jembatan, dan Civil adalah istilah untuk struktur bahwa, pondasi, retaining wall, dan pekerjaan tanah. Sementara Underground biasanya lebih ke fasilitas drainase. HVAC (Heating Ventilation Air Conditioning) sebenarnya area abu-abu antara Civil, Process, dan Mechanical.
Trus, tahapan proyek secara keseluruhan adalah sbb:
Untuk proyek tertentu misalnya offshore, ada tahapan lain yaitu Installation yang berada di antara Construction dan Commissioning.
Nah, tahap pertama itu dilakukan oleh Owner. Tahap ini bisa disebut sebagai Master Plan.
FEED
Tahap kedua ada yang disebut dengan FEED, atau Basic Engineering Design. Nah, ini termasuk tahap penting sebelum masuk ke EPC. Yang mengerjakan FEED boleh Kontraktor EPC, boleh juga Konsultan atau Engineering Company (spesialis Engineering/Design/Consulting). Tapi, kalo yang mengerjakan FEED adalah Kontraktor EPC, maka dia ngga boleh ngambil Proyek EPC itu.Apa saja yang dihasilkan di FEED? Macam-macam. Mulai dari denah rencana (Layout Plan/Plot Plan), diagram alur proses, sampai ke spesifikasi materialnya. Dokumen FEED inilah yang dijadikan bahan untuk mengajukan penawaran tender/bidding.
Tender atau Bidding
Setelah FEED, Owner akan mengundang dan menawari beberapa Kontraktor EPC untuk mengikuti tender proyek tersebut. Kontraktor akan mempelajari dokumen tender, mengajukan harga, dan akhirnya Owner menunjuk pemenang.Engineering
Kontraktor EPC akan memulai dari tahap Engineering, biasanya disebut DED (Detail Engineering Design). Sebenarnya tahap ini adalah kelanjutan dari FEED. Dari namanya saja ketahuan kalo DED ini adalah membuat desain yang lebih detail dan final. Tidak banyak boleh banyak perubahan yang dilakukan, kecuali dengan persetujuan Owner. Dan untuk mengubah suatu desain juga susahnya minta ampun, mulai dari koordinasi antar disiplin, trus diajukan ke Owner. Syukur-syukur kalo Owner langsung setuju, kadang disuruh coba opsi lain, koordinasi lagi, begitu seterusnya. Produk dari tahap ini adalah: Engineering Drawing, Volume Pekerjaan (BOQ atau MTO), dan dokumen pendukung seperti Laporan Kalkulasi, Spesifikasi, dll.Procurement
Pada tahap ini, dengan modal dokumen-dokumen Engineering (Gambar, MTO, & Spesifikasi) bagian Procurement akan mencari beberapa Vendor atau Supplier yang sesuai. Begitu juga dengan pekerjaan jasa, akan dicari beberapa Sub-Kontraktor yang bisa mengerjakan.Contoh, pekerjaan Pondasi Tiang Pancang. Procurement akan mencari Suplier/Vendor yang bisa menyediakan tiang pancang sesuai dengan yang dibutuhkan. Sementara itu, Procurement juga akan mencari Sub-Contractor yang akan memancang tiang tersebut. Jadi, bukan SubCon yang membeli tiang pancangnya, SubCon hanya mengerjakan. Kalo kita ibaratkan dalam proyek rumah sederhana, mereka hanya borongan jasa aja, material kita yang sediakan.
Construction
Tahap ini adalah tahap pelaksanaan di lapangan. Satu catatan penting, Kontraktor EPC – walaupun namanya Kontraktor – tapi mereka ngga akan punya tenaga kerja sampai level tukang . Mereka akan selalu memberi pekerjaan kepada SubCon. SubCon inilah yang mempekerjakan tenaga tukang.Kontraktor Utama (Main Kon) biasanya hanya menyediakan tenaga sampai level Supervisor saja. Satu Supervisor bisa menangani lebih dari satu Pekerjaan SubCon.
Misalnya pada contoh pekerjaan Tiang Pancang di atas. Sebelum pemacangan tentu ada pekerjaan tanah dulu (galian, urugan, pemadatan) yang dilakukan oleh satu SubCon tertentu. Kemudian pekerjaan pemancangan oleh SubCon lain, dan seterusnya. Semua pekerjaan itu dibawah pengawasan 1 Supervisor.
Installation
Pekerjaan ini hanya dikenal pada proyek lepas pantai (offshore). Tahap Construction adalah tahap fabrikasi di darat, dan tahap Installation-nya adalah tahap pengangkutan dan pemasangan di laut. Ngga semua kontraktor EPC bisa melakukan ini. Makanya kadang ada Proyek Offshore yang memberikan tahap Installation ini kepada Kontraktor lain yang lebih pengalaman.Commissioning
Commissioning itu sederhananya adalah proyek yang sudah jadi di test dulu sebelum diserahkan ke Owner. Jangan dibayangkan testnya berlangsung sehari daua hari ya. Bisa berbulan-bulan. Namanya juga industri skala gede banget, jadi setiap aspek harus diamati. Contoh, Proyek Pembangkit Listrik. Sebelum diserahkan ke Owner (yaitu PLN), Pembangkit Listriknya diuji dulu semua sistemnya, baik itu sistem utama maupun penunjang. Sistem utama misalnya mulai dari sumber energinya (misalnya air untuk PLTA), trus turbin-generatornya, trafonya, outputnya sesuai atau ngga, stabil atau nggak. Kalo sistem pendukung misalnya, sistem pemipaannya, pipa bahan bakar, pipa air pendingin, instrumentasi, dll.Operation
Kalo udah oke, baru deh diserahkan ke Owner untuk dioperasikan. Nah, pengoperasiannya ini boleh sama Owner sendiri, kadang juga Owner nyari perusahaan lain yang punya spesialisasi di bidang itu.EPC, EPCI, EPCC
Dari uraian tahapan di atas, akhirnya muncul istilah lain selain EPC, yaitu EPCI (Engineering-Procurement-Construction-Installation) dan EPCC (Engineering-Procurement-Construction-Commissioning).Itu istilah kontrak aja, dan yang menentukan adalah si Owner, pengennya seperti apa.
Di Indonesia, ada banyak perusahaan Kontraktor EPC, mulai dari yang asing sampai lokal, mulai dari swasta abis sampai BUMN abis. Silahkan dicari aja ya? Kalo admin sebutin di sini takutnya ngga obyektif
Haruskah EPC Semua?
Pada kenyataannya di lapangan, ada beberapa proyek karena pertimbangan tertentu, tahap E, P, dan C-nya dipisah ke beberapa perusahaan yang berbeda. Ada yang khusus mengerjakan Engineering Design saja, ada yang Procurement saja, dan ada yang hanya Construction. Itu semua tergantung dari kemauan Owner Yang jelas tiap proyek punya karakteristik yang beda, sehingga masing-masing sistem juga efeknya akan beda.SubCon Engineering
Satu hal terakhir tentang pekerjaan Engineering Design. Kalo hampir semua pekerjaan Construction diserahkan ke SubCon, maka pekerjaan Engineering biasanya dikerjakan sendiri oleh Main Kontraktor. Tapi ngga jarang juga ditemui kasus di mana pekerjaan Engineering Design dipecah lagi menjadi beberapa sub/paket pekerjaan, dan ditawarkan kepada SubCon atau Konsultan lain untuk dikerjakan. Alasannya macam-macam, salah satunya adalah karena keterbatasan resources dari Kontraktor Utamanya (MainCon), entah itu terbatas oleh waktu maupun tenaga (manhour).Nah, sebagai penutup, admin juga ngasih tau kalo website ini sejak akhir 2014 lalu sudah membuat wujud lain sebagai badan usaha yang bergerak di bidang Konsultan Perencana & Engineering Design. Salah satu pekerjaannya ya seperti yang disebutkan di bagian akhir tadi, menjadi SubCon Engineering untuk beberapa Proyek EPC.